Kata Orang, Working Mom Kurang Dekat Dengan Anak. Benarkah Itu? - felorasa
News Update
Loading...

Jumat, 09 Juli 2021

Kata Orang, Working Mom Kurang Dekat Dengan Anak. Benarkah Itu?



Setiap ibu memiliki pilihan dan keputusan masing-masing dengan penuh pertimbangan. Apa yang dilakukan setiap ibu pasti ada yang berbeda dan tidak harus sama dengan ibu yang lain. Entah itu full time mom atau working mom,  menyusui  atau susu formula, melahirkan caesar atau normal. Semua punya pengorbanannya sendiri.

Orang sekitar pun sebisa mungkin juga harus menahan diri untuk membandingkan dan memberikan stigma yang buruk terhadap masing-masing keputusan. 

Sejujurnya saya pernah di fase rasa bersalah kepada anak karena stigma  tersebut. Mungkin maksud mereka baik, tetapi tidak semua yang baik harus didikte orang lain karena keadaan masing-masing berbeda.

Kebetulan saat ini saya masih bekerja. Banyak anggapan yang justru berasal dari orang terdekat saya dengan menganggap saya terlalu mengejar karir, hanya merepotkan orang tua, hingga mengorbankan masa keemasan anak. 

Mungkin bunda pernah mendengar ucapan seperti di bawah? Atau mungkin orang terdekat pernah mengatakan ini?

"Lah, kamu yang minta anak. Lah, kok malah orang lain yang ngerawat?"

"Nanti anakmu deket sama yang ngasuh loh bukan ibunya"

"Rawat anakmu dengan tanganmu sendiri karena itu tanggung jawabmu yang kelak dipertanggungjawabkan di akhirat"

"Nanti ketika anakmu besar, dia akan tanya kamu yang merawat siapa"

"Aslinya itu kasihan anakmu jadi kurang bonding sama ibunya"

Ucapan mereka betul kok. Tapi yang salah adalah ketika menganggap working mom egois, tidak bisa dekat dan merawat anak. Being a working mom is not bad for your children. Working mom sama kok seperti ibu yang lain hanya saja memang dibatasi oleh waktu karena terpotong waktu bekerja.


Mitos ibu bekerja tentang pengasuhan anak yang harus diluruskan


1. Ibu bekerja tangannya tidak bisa luwes ketika merawat bayi

Banyak yang beranggapan bahwa ibu bekerja tidak telaten ketika mengurus bayi entah itu memandikan, menyuapi anak, membuatkan susu, menidurkan anak, dll. Anggapan itu tentu salah karena ibu bekerja bisa melakukannya seperti ibu pada umumnya.

2. Ibu bekerja egois dan mau saja untuk menggadaikan waktunya 

Tidak semua kondisi rumah tangga sama. Ada yang memang sudah cukup ekonominya, ada yang punya target tertentu, dan ada pula yang single parent sehingga mengharuskan ibu harus bekerja. Mereka tidak egois kok karena keadaan dan keputusan sudah dipikirkan yang terbaik. Toh semua dilakukan demi masa depan anak. Jadi anggapan tentang ibu bekerja egois itu salah ya bunda.

3. Ibu bekerja tidak bisa melakukan pekerjaan rumah terutama memasak untuk anak 

Banyak yang beranggapan ibu bekerja tidak bisa memasak karena terlalu sibuk. Mitos ya bunda karena ibu bekerja bisa memasak juga. Memang waktunya terpotong di kantor, tetapi jika bisa mengatur waktu dengan baik, memasak pun jauh lebih mudah.

4. Ibu bekerja tidak bisa mengetahui pola perkembangan anak

Tentu ini mitos. Hanya karena terpotong waktunya selama di kantor, lantas dianggap tidak mengetahui perkembangan anak. Itu tidak betul ya bun.

Tiga mitos tersebut mungkin sering terdengar di telinga kita. Mungkin bunda ada tambahan lain terkait mitos ibu bekerja? Kalau ada, bisa tulis di komentar di bawah ya.


Bagaimana Cara Ibu Bekerja Dekat dengan Anak?

Beberapa waktu lalu saya pernah membaca di sebuah artikel berjudul 17 Cara Agar Ibu Bekerja Bisa Menyeimbangkan Waktu dari website ibupedia.com, yaitu situs parenting terbaik di Indonesia dengan kutipan di bawah ini.

Fokus pada perencanaan, terorganisir, dan menyeimbangkan antara profesi sebagai Ibu bekerja dan peran sebagai orangtua adalah kuncinya

Kunci keberhasilan working mom dekat dengan anak adalah seimbang antara profesi ibu bekerja dan peran sebagai orangtua. Jangan sampai pekerjaan kantor di bawa ke rumah. Ketika di rumah, usahakan fokus membersamai anak. 

Sedikit cerita saja. Anak, saya tinggal kerja sejak ia umur 1.5 bulan. Saya berangkat kerja sebelum jam 7 pagi dan pulang sampai rumah sekitar jam 15.00 atau 16.00. Kalau dihitung, tidak bertemu anak lebih dari 8 jam. Waktu yang dibutuhkan bertemu anak  memang beberapa jam saja karena jam 7 malam, biasanya anak sudah tidur.

Jadi kapan dong saya bisa main sama anak? Paling tidak dalam 1 hari, saya harus meluangkan waktu bermain setidaknya 1 jam yang berkualitas. Berdua saja dengan anak. Sulit? Awal-awalnya sulit karena sepulang bekerja kadang masih ada kerjaan rumah seperti cuci piring atau nyapu. Tapi kalau konsisten, pola itu akan terbentuk dan jadi kebiasaan.

Di artikel ini, saya mau sharing yang saya lakukan tiap hari untuk membersamai anak.

1. Selalu sounding ke anak


Sounding ini memiliki manfaat yang luar biasa. Saya rutin membisikkan sugesti positif jelang anak mau tidur dalam keadaan tenang, nyaman, dan terkendali. Harapannya, kata-kata yang anak dengar sebelum tidur bisa terngiang-ngiang di telinga dan terekam di alam bawah sadar anak.

Contoh sounding yang saya ucapkan :

"Sayang, bunda sayang kakak. Kakak juga sayang bunda. Besok bunda berangkat kerja sebentar ya. Kalau bunda udah sampai rumah, nanti kita main sama-sama. Selama di rumah, kakak main dan belajar sama eyang dulu ya"

Dan beneran ampuh banget karena saya membuktikan sendiri. Bunda bisa coba secara rutin.


2. Anak perlu mengerti apa yang bunda kerjakan di kantor


Mungkin anak masih belum memahami sepenuhnya, tapi tidak ada salahnya untuk menceritakan apa yang dikerjakan bunda selama bekerja. Hal itu menghindari agar anak tidak merasa ditinggalkan tanpa alasan atau membandingkan dengan ibu yang lain.

Contoh yang bisa diucapkan :

"Kakak, sementara ini bunda masih bekerja dulu ya. Kakak, tahu nggak apa yang dikerjakan bunda di kantor? Bunda disana (coba jelaskan apa yang dilakukan) "

Biasanya saya ucapkan ketika mau tidur, gantiin baju, mijitin anak, dan di waktu anak rileks.


3. Temanilah anak bermain sepulang bekerja


Mungkin harapan bunda setelah sampai rumah itu bisa rebahan sebentar. Tapi anak suka kangen dan ingin bermanja-manja sama bundanya. 

Saya sendiri pun sempat sedikit lelah tapi saya selalu ingat akan ekspresi anak ketika melihat saya pulang. Bagaimana senangnya anak ketika saya pulang. Kalau saya terlihat menolak atau tidak antusias, takut anak patah hati sih. Jadinya, saya selalu sempatkan main dulu sama anak.

4. Luangkan waktu di hari libur untuk anak


Hari libur adalah waktu yang tepat untuk memaksimalkan quality time bersama anak. Usahakan pekerjaan rumah dikerjakan bersama supaya waktu santai bisa leluasa dengan anak. Bunda bisa diskusi dengan pak suami agar mau bantu kerjain pekerjaan rumah.

5. Batasi gadged selama membersamai anak


Berdasarkan pengalaman dari diri sendiri dan lingkungan tempat tinggal saya, terlalu banyak memegang gadget tidak baik juga soalnya akan banyak waktu yang terbuang. Bukannya nggak boleh pegang hape, tapi kita membatasinya.

6. Usahakan hadir di momen terpenting anak


Usahakan hadir di momen terpenting anak seperti hari ulang tahunnya, mengambil rapor sekolah, dan hal lainnya. Buatlah momen yang tidak bisa dilupakan anak agar selalu diingat sampai nanti.

Singkat cerita, saya juga anak dari seorang ibu yang bekerja.  Ibu saya adalah sosok pekerja keras dan bertanggung jawab terhadap pekerjaannya dan demi kebahagiaan saya dan adik saya tapi saking sibuknya, terkadang memang tidak bisa hadir di momen penting saya. Seperti ambil rapor sekolah, event lomba, dll. Sempat merasa sendiri tapi semenjak saya punya anak, saya bisa memahami yang ibu saya rasakan. Saat ini saya ambil positifnya saja untuk memperbaiki semua agar anak saya bisa merasakan momen penting bersama keluarga.

7. Selalu ungkapkan rasa sayang


Rasa sayang bentuknya banyak sekali. Tidak hanya ketika kita bisa hadir dalam setiap waktu, tapi anak juga membutuhkan ungkapan rasa sayang kita dengan kata-kata seperti aku sayang kamu, I love you, aku bahagia memiliki anak sepertimu, kamu kebahagianku, dll.

Itulah beberapa cara agar working mom bisa dekat dengan anak. Dari 7 tips di atas, saya usahakan untuk konsisten dilakukan. Meskipun ketika dilakukan masih banyak kurangnya. Tapi saya yakin anak bisa merasakan letak perjuangannya.

Jika bunda sebentar lagi cuti hamilnya habis dan  diharuskan kembali bekerja, tetap semangat ya. Bunda bisa coba buka ibupedia.com tentang tips semangat bekerja setelah cuti melahirkan . Insyallah, bunda bisa dapat informasi penting dan energi positif setelah membaca artikelnya. Ataupun bunda bisa mencari informasi lainnya seputar parenting, kehamilan, keluarga, dan kesehatan di website ibupedia.com.


-oOo-

Kesimpulan

Anggapan mengenai ibu bekerja tidak dekat dengan anak adalah anggapan keliru sebab jutaan ibu di luaran sana, tetap bisa mengurus keluarganya dengan baik.  Yang jelas apapun pilihan seorang ibu, sudah dipikir matang-matang dan dipilih yang terbaik.

Tetap positif dan bahagia selalu ya hehe


____


Olahgrafis : Ulfa (felorasa.com)

Sumber informasi :

1. Pengalaman pribadi 

2. Ismawati.17 Cara Agar Ibu Bekerja Bisa Menyeimbangkan Waktu diakses dari https://www.ibupedia.com/artikel/keluarga/17-cara-agar-ibu-bekerja-bisa-menyeimbangkan-waktu pada 6 Juli 2021.


Baca juga : Pengalaman sebagai Ibu-ibu Belanja ke Pasar Tradisional Saat Pandemi

Share with your friends

7 komentar

  1. Dulu pas aku masih kerja, emang bener yang ditulis mb ul banyak bgt yg bilang ga bisa urus anak. Tapi giliran aku resign kerja dan full di rumah, ternyata masih aja ada org sekitar yg nyinyir.

    Emang di mata org lain, ada aja kurangnya. Selalu dicari kesalahannya

    Nurutin perkataan org cuma bikin stress aja. Maap aku ngetiknya sambil esmosi wkwkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sawang sinawang ya..
      Apapun seorang ibu lakukan pasti dikomentari trs sama orang sekitar apalagi sama orang yang terdekat.

      Hapus
  2. Banyak yg bilang "cowok selalu salah" tp abis nikah ternyata cewek yg selalu salah ya 😭

    Mau kerja salah, mau irt salah, pakai susu formula salah, operasi caesar salah pokoknya serba salah apa yg dilakukan ibu. Mirisnya yg suka nyalahin itu malah sesama perempuan ya.

    Banyak yg nuding sambil membanggakan diri sendiri dan nganggap dirinya yg paling berpengalaman. Ngganggap paling benar sedangkan yg lain salah.

    Biasanya yg bilang kayak gitu tuh para orang tua kepada new mom.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener banget. Yang dibutuhkan para ibu itu saling support ya. Hindari juga memberikan stigma buruk kepada tiap keputusan ibu. Makasih ya sudah mengunjungi blog saya hehe. Silahkan kepo2 artikel yang lain ya hehe

      Hapus
  3. Bapak2 juga baca ini boleh?

    BalasHapus

Selamat Datang
Selamat Datang di Blog Felorasa.
Done